PENGOBATAN ALTERNATIF ONLINE RSBI

PENGOBATAN ALTERNATIF ONLINE RSBI
TABIB BERIJIN RESMI, HERBAL 100% ALAMI, AMAN SUDAH IJIN B-POM DAN HALAL MUI, PENGOBATAN MENGGUNAKAN HERBAL YANG SUDAH DIPERKAYA DENGAN RUQYAH ISLAMI YANG SYAR'I. HARGA TERJANGKAU. INFO LENGKAP KLIK PADA GAMBAR. SMS/WA TABIB UNTUK KONSULTASI DAN PEMESANAN OBAT DI: 08121341710 ATAU 0811156812

Monday, October 10, 2016

Allah Pencipta Sistem Pernafasan Bagian 1, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Allah Pencipta Sistem Pernafasan Bagian 2, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Allah Pencipta Sistem Pernafasan Bagian 3, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Allah Pencipta Sistem Pernafasan Bagian 4, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Perjalanan Menuju Akhirat Bagian 1, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Perjalanan Menuju Akhirat Bagian 2, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Perjalanan Menuju Akhirat Bagian 3, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Perjalanan Menuju Akhirat Bagian 4, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Perjalanan Menuju Akhirat Bagian 5, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

Perjalanan Menuju Akhirat Bagian 6, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT

KEHEBATAN TAUHID, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT




Tauhid secara istilah adalah :” Mengesakan Allah dengan sesuatu yang merupakan kehususan-Nya “. (Al Qulul Mufid, hal. 5).

Tauhid terbagi menjadi tiga :

1. Tauhid Rububiyyah yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, seperti tidak ada yang mematikan, menghidupkan, memberi rizki, mengetahui yang ghaib, menciptakan, mengatur alam kecuali Allah saja.

2. Tauhid Asma wassifat yaitu mengimani bahwa Allah mempunyai nama-nama dan sifat yang sempurna yang tidak terbilang jumlahnya.

3. Tauhid Uluhiyah yaitu mengesakan Allah dalam perbuatan hamba seperti do’a, tawakkal, shalat, puasa, dan ibadah lainnya yang merupakan perbuatan hamba.

Kedudukan tauhid.

Tauhid mempunyai kedudukan yang sangat agung dalam agama islam, diantara kehebatan-kehebatan tauhid adalah antara lain :

1.Tauhid adalah hikmah diciptakannya langit dan bumi

Ibnul Qayyim berkata setelah membawakan beberapa Ayat :” Allah memberitakan bahwa tujuan penciptaan adalah agar dikenal nama-nama dan sifat-Nya, hanya Dia yang disembah dan tidak disekutukan “. (Ad Da’ waddawa, hal 196).

2. Tauhid adalah sebab diutusnya para Rosul, pembuka dan inti dakwah mereka. Firman Allah :

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُوْلاً أَنِ اعْبُدُوْا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَ

“ Dan sesungguhnya kami telah rosul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) :” sembahlah Allah saja dan jauhi thoghut…”. (QS 16:36).

3. Tauhid adalah sebab diturunkannya kitab-kitab Allah. Firman-Nya :

الر كِتاَبٌ أُحْكِمَتْ ءَايَاتُهُ ثُمَّ فُصِّلَتْ مِنْ لَدُنْ حَكِيْمٍ خَبِيْرٍ . أَلاَّ تَعْبُدُوْا إِلاَّ اللهَ ِإنَّنِيْ لَكُمْ مِنْهُ نَذِيْرٌ وَبَشِيْرٌ.

“ Alif laam raa. (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. Agar kamu tidak menyembah selain Allah, sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa kabar gembira kepada kalian”. (QS 11:1-2).

4. Tauhid adalah tujuan penciptaan manusia.

وَمَا خَلَقْتُ الجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنِ

“ Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali agar Mereka menyembahku (saja) “. (QS 51:56).

Ibnu Katsir berkata pada tafsir ayat ini :” Makna ayat ini, bahwa Allah Ta’ala menciptakan seluruh hamba agar mereka beribadah kepada-Nya semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. barang siapa yang mentaati-Nya niscaya Dia membalasnya dengan balasan yang paling sempurna. Tetapi barang siapa bermaksiat kepada-Nya, niscaya Dia menyiksanya dengan siksaan yang sangat pedih”.

5. Tauhid adalah ruh dari syari’at seluruh Nabi.

Seluruh Nabi dan Rosul semenjak zaman Nabi Adam sampai Nabi Muhammad sallallahu’alaihi wasallam menyeru kepada tauhid, walaupun syari’at mereka berbeda (QS 16:36 lihat point kedua).

6. Tauhid adalah kewajiban pertama dan terakhir kali atas mukallaf.

Rosulullah Sallalahu’alaihi wasalam bersabda yang artinya :” Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat laailahaillallah dan muhamad rosulullah, mendirikan shalat, dan membayar zakat. Jika mereka telah melakukannya, mereka telah menjaga darah, dan harta meeka dariku, kecuali dengan hak islam dan perhitungan mereka disisi Allah”. (Mutafaq ‘alaih).

Imam Ibnu Abil’Izz berkata :” Oleh sebab inilah yang benar bahwa kewajiban pertama kali atas seorang mukallaf adalah syahadat “ laa ilaaha illallaah” Sehingga tauhid merupakan kewajiban pertama kali dan terakhir kali sebagaimana sabda Nabi Sallallahu ’alaihi wasallam : من كان أخر كلامه لا إله إلا الله دخل الجنة

“ Barang siapa akhir perkataannya laa ilaaha illallah niscaya dia masuk surga “. (HR Muslim). (Minhatul ilahiyyah hal 45).

7. Tauhid merupakan syarat diterimanya amalan.

Allah Subhaanahu wa Ta’ala berfirman :

وَلَوْ أَشْرَكُوْا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

“ Seandainya mereka menyekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan”. (QS 6:88)

Syeikh Abdurrahman bin Nashr As Sa’dy berkata dalam menafsirkan ayat ini :” Sesungguhnya syirik itu melenyapkan amalan dan menyebabkan kekal di dalam neraka”. (Taisiir karimir Rahman).

8. Tauhid menjadikan harta dan darah seseorang terjaga.

Rosulullah Sallallahu ’alaihi wasallam bersabda :” Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka bersyahadat laa ilaaha illallah dan Muhammad Rosulullah, menegakkan shalat dan membayar zakat, jika mereka telah melakukannya, terjagalah harta dan darah mereka dariku kecuali dengan hak islam dan hisabnya disisi Allah (Muttafaq ‘alaih).

9. Orang yang bertauhid akan mendapatkan syafa’at Rosulullah.

Abu Hurairah berkata :” ya Rosulallah , siapakah orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa’at anda pada hari kiamat ? Beliau bersabda :” Aku telah menyangka hai Abu Hurairah bahwa tidak ada seorangpun mendahuluimu bertanya kepadaku tentang hadits ini, karena aku telah melhat semagatmu terhadap hadits , orang yang paling berbahagia mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat adalah orang yang mengatakan laa ilaaha illallah secara ikhlas dari hatinya “. (HR Bukhary).

10. Tauhid adalah hak Allah yang menjadi kewajiban hamba.

Rosulullah Sallallahu ’alaihi wasallam bertanya kepada Mu’adz :” Tahukah engkau apakah hak Alah yang menjadi kewajiban seluruh hamba ? jawab mu’adz :” Allah dan Rosul-Nya lebih Tahu”. Beliau bersabda :” Sesuangguhnya hak Allah yang menjadi kewajiban seluruh hamba adalah agar mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun “. (Muttafaq ‘alaih).

11. Tauhid merupakan sarana jalan menuju surga.

Nabi bersabda :” Barang siapa bersaksi laa ilaaha illallah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rosul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba-Nya dan Rosul-Nya dan kalimat-Nya yang Dia berikan kepada Maryam, serta Ruh ciptaan-Nya, dan bahwa sorga benar-benar ada, dan bahwa neraka benar-benar ada, niscaya Allah masukkan ke dalam sorga sesuai dengan amalannya “. (HR Bukhary).

12. Tauhid merupakan jalan keselamatan dari api neraka.

Nabi Sallallahu ’alaihi wa sallama bersabda :

فإن الله حرم على النار من قال لا إله إلا الله يبتغي بذلك وجه الله

“ Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka terhadap orang yang berkata laa ilaaha illallah karena berharap wajah Allah “. (Muttafaq ‘alaih).

13. Tauhid merupakan perkara pertama kali yang harus didakwahkan.

Perkara yang pertama kali didakwahkan oleh setiap Nabi dan Rosul adalah memurnikan kalimat laa ilaaha illallah, Nabi Sallallahu’alaihi wasallam pertama kali dakwah di makkah adalah memurnikan tauhid, dan itu pula yang beliau perintahkan kepada para sahabatnya, beliau bersabda kepada Mu’adz ketika hendak mengutusnya ke Yaman :” Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum ahli kitab, maa jadikanlah yang pertama kali engkau serukan adalah laa ilaaha illallah…. “. (Muttafaq ‘alaih).

Mungkin ada orang berkata kepada anda :” bukankah pada zaman sekarang kita berdakwah kepada kaum muslimin ?” maka jawablah :” betul, akan tetapi banyak kaum muslimin yang tidak memahami kalimat Laa illaha illallah, apa konskwensinya, syarat-syarat dan pembatal-pembatalnya, justru banyak kaum muslimin yang jatuh kedalam pembatal laa ilaaha illalah.

Kenyataan membuktikan banyak kaum muslimin yang mengambil jimat-jimat untuk menolak marabahaya, perdukunanpun merajalela, banyak pula yang berdo’a dikuburan, thawaf disekitarnya dan berharap keberkahan dari tanahnya, diantara mereka ada yang memberikan sesajen kepada para jin, menyembelih untuk para arwah dan fenomena kesyirikan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak memahami yang diinginkan oleh laa ilaaha illallah.

Kaum musyrikin terdahulu tidak mau mengucapkan laa ilaaha illallah karena mereka mengetahui dan memahami apa yang diinginkan dari kalimat laa ilaha illalah, bahkan ketika ditimpa marabahaya mereka mengihlaskan do’a kepada Allah. Berbeda dengan kaum muslimin zaman sekarang yang setiap harinya mengucapkan laa ilaaha illalah lebih dari 10 kali tapi ketika ditimpa musibah atau kesenangan mereka pergi ke dukun, tempat-tempat keramat, kuburan dan tempat lainnya dengan hati yang khusyu’ dan tunduk, dimana kekhusyuan dan ketundukkan tersebut tidak didapati pada mereka ketika di masjid atau shalat atau ibadah lainnya yang ditujukan hanya kepada Allah dan sesuai dengan syari’at Rosulullah.

Hal ini menunjukkan bahwa dakwah tauhid Pada zaman ini harus di utamakan dan diseruakan ketengah-tengah kaum muslimin.

14. Tauhid adalah millah nabi Ibrahim yang luruh yang harus diikuti.

ثُمَّ أَوْحَيْناَ إِلَيْكَ أَنِ اتَّبِعْ مِلَّةَ إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفاً وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِيْنَ .

“ Kemudian Kami wahyukan kepadamu (muhammad) :” Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif dan dia bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan (Allah) “. (An Nahl : 123).

15. Syirik adalah perkara yang dikhawatirkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا البَلَدَ ءَامِنًا وَاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأَصْناَمَ

“ Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata :” Ya Rabbku, jadikanlah negri ini (makah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala “. (QS 14 : 35).

Perhatikanlah, apabila Nabi Ibrahim yang telah Allah jamin masih takut terjerumus ke dalam kesyirikan, bagaimana halnya dengan kita yang tidak dijamin, maka hendaknya kita lebih takut lagi dan jangan merasa aman dari makar iblis dan tentaranya. Karena makar iblis itu lebih lembut dari sutra, menggiring seorang hamba sedikit demi sedikit hingga terjerumus kedalamnya. Wallahul musta’an.

16. Tauhid adalah keadilan yang terbesar, sebagaimana syirik adalah kezaliman yang terbesar.

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :” Allah memberitakan bahwa Dia telah mengutus Rasul-rasul-Nya dan menurunkan Kitab-kitabNya supaya manusia dapat melaksanakan al qisth yaitu keadilan, termasuk keadilan yang terbesar adalah tauhid, ini adalah puncak dan tonggak keadilan. Sedangkan syirik adalah kezaliman, Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ

“ Sesungguhnya syirik itu adalah benar-benar kezaliman yang besar “. (QS 31 : 13).

Maka syirik adalah kezaliman yang terbesar sedangkan tauhid adalah keadilan yang paling adil “. (Ad Daa Wad Dawaa, hal. 196-197).

17. Tauhid menggugurkan dosa-dosa.

Dari Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu dia berkata : Aku mendengar Rosulullah Sallallahu’alaihi wasallam bersabda :” Allah Tabaraka wata’ala berfirman :” Wahai anak Adam, sesungguhnya selama kamu berdo’a dan mengharap kepadaKu, niscaya Aku mengampuni dosa yang ada padamu, dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, seandainya dosa-dosamu mencapai awan dilangit, kemudian kamu memohon ampun kepadaKu niscaya Aku mengampunimu. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika kamu menghadapku dengan membawa dosa sepenuh bumi, kemudian menemuiKu dalam keadaan kamu tidak menyekutukan sesuatupun denganKu niscaya Aku menemuimu dengan ampunan seperti itu juga “.(HSR Tirmidzy).

18. Orang yang merealisasikan tauhid secara sempurna akan masuk surga tanpa hisab dan adzab.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhary dan Muslim, Rosulullah sallalahu’alaihi wasallam mengabarkan bahwa akan ada 70.000 orang dari umatnya yang masuk surga tanpa hisab dan adzab, kemudian beliau menyebutkan sifat-sifatnya yaitu :

tidak minta dirukyah (jampi).

Tidak thathoyyur (meyakini kesialan pada sesuatu baik berupa benda, burung ataupun lainnya).

Tidak berobat dengan cara kayy (besi yang panaskan).

Hanya bertawakkal kepada Allah.

Hadits tersebut menunjukkan bahwa tauhid mereka benar-benar sempurna tauhidnya karena, jika perkara-perkara kecil tersebut ditinggalkan lebih lebih perkara yang lebih besar dari hal tersebut.

19. orang yang bertauhid akan mendapatkan petunjuk dan keamanan.

الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا وَلَمْ يَلْبِسُوْا إِيْمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ.

“Orang-orang beriman dan tidak mencampur adukkan Iman mereka dengan kezaliman (syirik), maka itulah orang-orang yang mendapatkan keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”.

(QS Al An’am : 82).

20. orang yang mati dalam keadaan syirik dan tidak bertauhid tidak akan diampuni oleh Allah dan kekal selama-lamanya di dalam neraka.

إِنَّ اللهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللهِ فَقَدْ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيْماً

“ Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan mengampuni segala dosa yang lebih rendah dari syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “. (QS An Nisa : 48).

Rosulullah sallallahu ‘alaihi wa sallama bersabda :” Kezaliman itu ada tiga ; kezaliman yang tidak diampuni oleh Allah, kezaliman yang akan Allah ampuni dan kezaliman yang tidak akan Allah tinggalkan.

(1).adapun kezaliman yang tidak akan diampuni oleh Allah adalah syirik, lalu beliau membaca :” Sesungguhnya syirik itu kezaliman yang besar “. (QS 31 :13).

(2).Adapun kezaliman yang akan Allah ampuni adalah kezaliman hamba terhadap dirinya sendiri di dalam (hak-hak) antara dia dengan Allah.

(3).Adapun kezaliman yang tidak akan Allah tinggalkan adalah kezaliman hamba terhadap hamba lainnya sampai Allah urus perkara itu untuk sebagian mereka dari sebagian yang lain “. (HR Thayalisy dan Al Bazzar dan dihasankan oleh Syeikh Al Bany).

21. Seluruh al qur’an memuat tauhid.

Ibnul Qayyim berkata :” Sesungguhnya al qur’an itu memuat berita tentang Allah Ta’ala, nama-namaNya, sifat-sifatNya, perbuatan dan perkataannya.

Memuat seruan untuk beribadah kepadaNya dan meninggalkan kesyirikan, memuat perintah dan larangan dan ini adalah penyempurna tauhid, memuat berita tentang kemuliaan yang Allah berikan kepada ahli tauhid di dunia dan akhirat, dan kehinaan serta siksaan bagi mereka yang berbuat syirik dan meninggalkan tauhid, dan ini adalah balasan tauhid dan bahaya syirik.

Maka al qur’an itu seluruhnya tentang tauhid, hak-haknya, balasannya, dan tentang perkara syirik dan pelakunya serta balasannya “. (madarijussalikin 3/449).

22. Dan lain-lain.

Keterangan diatas menunjukkan kepada kita semua akan pentingnya masalah tauhid. Meremehkan masalah tauhid sama saja merapuhkan pondasi islam, maka ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia karena didalamnya dipelajari tentang Allah pencipta alam semesta , dan kewajiban hamba kepada-Nya.

(Sumber: Ust. Abu Yahya Badrusalam)

Sifat dan keistimewaan jalan kebenaran, Islam, shalat, tarbiyah,bekam, pendidikan islami, keluarga sakinah, thibbun nabawi, hadis nabi, rukun islam, rukun iman, rukun shalat, al quran, kisah islami, asmaul husna, kisah para nabi, Allah SWT


Sesungguhnya Allah telah memancangkan jalan kebenaran dan memerintahkannya untuk menitinya, dan Allah pun memberikan padanya sifat-sifat dn keistimewaan jalan tersebut sehingga dapat dikenal oleh orang yang ingin menitinya, diantara sifat dan keistimewaannya adalah :
Satu tak berbilang.
Allah Ta’ala berfirman :
فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلاَلُ.
“Dan apakah setelah kebenaran kecuali kesesatan”. (Yunus: 32).
Al Qurthubi rahimahullah berkata,” Ayat ini memutuskan bahwa tidak ada antara kebenaran dan kebatilan tempat yang ketiga dalam masalah ini yaitu mentauhidkan Allah Ta’ala, demikian pula semua perkara yang serupa dengannya dari masalah-masalah yang pokok, kerena sesungguhnya kebenaran itu hanya ada pada satu sisi saja”. (Al Jami’ li ahkamil qur’an 8/336).
Allah Ta’ala berfirman :
وَلاَ تَكُوْنُوْا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتِ.
“Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang berselisih dan bercerai berai setelah datang kepada mereka kebenaran”. (Ali Imran : 105).
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata,” Ayat-ayat yang melarang perpecahan dalam agama mengandung celaan terhadap perpecahan, semuanya adalah saksi yang tegas bahwa kebenaran di sisi Allah hanyalah satu selainnya adalah salah, kalaulah semua pendapat itu benar, tentu Allah dan Rosul-Nya tidak akan melarang kebenaran tidak pula mencelanya”.(Mukhtashor Ash Showa’iq Al Mursalah 2/566).
Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa umat islam berpecah belah menjadi 73 golongan dalam hadits-hadits yang banyak dan shahih, beliau menyebutkan bahwa semuanya masuk ke dalam api Neraka kecuali satu. Imam Asy Syathibi berkata,” Sesungguhnya sabda beliau “kecuali satu” secara teksnya menunjukkan bahwa kebenaran itu satu dan tidak berbilang, sebab kalaulah kebenaran itu berfirqah-firqah tentu beliau tidak akan berkata “kecuali satu”. (Al I’tisham 2/249).
Oleh karena itu imam Malik rahimahullah berkata,” Kebenaran hanyalah satu, dua pendapat yang berbeda kedua-duanya benar ?! Kebenaran hanyalah satu”. (Jami’ bayanil ‘ilmi 2/907).
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa setiap mujtahid itu benar adalah pendapat yang berasal dari kaum mu’tazilah Bashrah, Al Qadli Abu Thayyib Ath Thobari berkata,” Abul Hasan Al Asy’ari telah menyebutkan kedua pendapat itu semuanya, ia menjelaskan bahwa kebenaran itu hanya ada pada satu sisi saja, namun ia malah condong kepada pendapat “Setiap mujtahid itu benar” padahal ia adalah pendapat mu’tazilah Bashrah, dari merekalah bid’ah itu berasal.
Mereka mengatakan demikian karena kebodohan mereka terhadap makna-makna fiqih dan jalan-jalannya yang menunjukkan kepada kebenaran, yang membedakan antara kebenaran dengan syubhat-syubhat yang batil”. (Al Bahrul muhith 6/243).
Sebagian orang ada yang menisbatkan pernyataan “setiap mujtahid itu benar” kepada imam Asy Syafi’I, akan tetapi penisbatan itu tidak benar, berkata Abu Ishaq Al Marwazi,” yang menisbatkannya kepada imam Syafi’I hanyalah orang-orang belakangan yang tidak mempunyai pengetahuan tentang madzhab beliau, itu hanyalah klaim mereka belaka”. (Al Bahrul muhith hal. 243).
Namun di zaman ini muncul pemahaman yang aneh terhadap firman Allah Ta’ala dalam surat Al maidah ayat 16:
يَهْدِي بِهِ اللهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلاَمِ .
“Dengan kitab itulah Allah menunjukki orang-orang yang mengikuti keredlaannya ke jalan-jalan keselamatan…”.
Ia berkata,”Allah menyebut jalan-jalan keselamatan, ini menunjukkan bahwa kebenaran itu banyak, karena Allah menyebutnya dengan bentuk jamak.”
Bila kita membuka kitab-kitab tafsir, tidak ada satupun ulama tafsir yang memahami demikian, ibnu Katsir berkata,” Artinya jalan-jalan keselamatan dan manhaj-manhaj istiqomah”.
Semua kebaikan berupa shalat, zakat, puasa, haji dan amal-amal shalih yang memasukkan pelakunya ke dalam syurga itulah jalan-jalan keselamatan. Oleh karena itu Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata menafsirkan,”Artinya Allah memberi hidayah kepada orang yang bersungguh-sungguh untuk meraih keridlaan Allah jalan-jalan keselamatan yang menyelamatkan pelakunya dari ‘adzab dan menyampaikannya ke Negeri keselamatan, ia adalah adalah ilmu tentang kebenaran dan amal secara global maupun secara terperinci”.
Abdullah bin Mas’ud radliyallahu ‘anhu berkata,” Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggaris sebuah garis dengan tangannya, kemudian berkata,” Ini adalah jalan Allah yang lurus”. Kemudian menggaris di kanan dan kirinya,kemudian bersabda,” ini adalah jalan-jalan lainnya, tidak ada satu jalan pun kecuali ada padanya setan yang menyeru kepada jalan tersebut, lalu beliau membaca firman Allah Ta’ala :
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِيْ مُسْتَقِيْمًا فَاتَّبِعُوْهُ وَلاَ تَتَّبِعُوْا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيْلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ.
“Dan inilah jalanku yang lurus maka ikutilah dan jangan kamu ikuti jalan-jalan yang lainnya niscaya (jalan-jalan tersebut) akan memecah belah kamu dari jalan-Nya. Itulah yang Allah perintahkan agar kamu bertaqwa.” (Al An’am : 153).
Dalam hadits ini Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membuat satu garis lurus dan menafsirkannya sebagai jalan Allah, lalu membuat garis-garis lain yang banyak di samping kanan dan kirinya, ini menunjukkan bahwa jalan Allah yang merupakan jalan kebenaran hanya satu disisi-Nya tak berbilang, sedangkan jalan keburukan itu banyak.
Tidak kontradiksi.
Jalan kebenaran tidak akan terjadi padanya kontradiksi karena ia berasal dari Allah Rabbul ‘alamin yang mengabarkan kepada kita dalam firman-Nya :
أَفَلاَ يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللهِ لَوَجَدُوْا فِيْهِ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا.
“Tidakkan mereka mentadabburi Al Qur’an, kalaulah Al Qur’an itu berasal dari selain Allah tentu mereka akan mendapatkan di dalamnya pertentangan yang banyak.” (An Nisaa : 82).
Adapun jalan kebatilan sebaliknya, disana banyak terjadi kontradiksi dan kerancuan, sebuah contoh misalnya aqidah Syi’ah yang berkata,” Sesungguhnya para imam kami mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang belum terjadi, mengetahui kapan mereka mati, bahkan mereka tidak mati kecuali dengan idzin mereka.”
Kemudian kita lihat mereka melakukan taqiyah, maka kita bertanya kepada mereka ? mengapa imam kamu bersembunyi dan tidak terang-terangan memperlihatkan aqidah mereka ? mereka menjawab,”Dalam rangka taqiyah.” Kita bertanya,” Taqiyah dari siapa ? Mereka menjawab,”Taqiyah dari musuh.” Lihatlah ! sungguh sangat aneh, padahal mereka meyakini bahwa imam mereka mengetahui kapan mereka mati dan tidak mati kecuali dengan idzin mereka, lalu mengapa harus taqiyah jika keadaannya demikian ?
Demikian pula kaum sufiyah atau tasawuf yang meyakini bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah makhluk yang pertama kali Allah ciptakan bahkan beranggapan bahwa semua makhluk diciptakan dari cahaya beliau. Kemudian kita lihat mereka merayakan maulid dan berkata bahwa beliau dilahirkan hari begini dan begitu, ini jelas kntradiksi yang fatal.
Mereka juga meyakini bahwa Allah tidak berada di atas ‘Arasy bahkan melarang menyifati Allah dengan sifat di atas, diantara mereka ada yang meyakini bahwa Allah berada di mana-mana, sementara ketika berdo’a kita lihat mereka menengadahkan tangannya ke atas tidak ke kanan atau ke kiri.
Demikian pula sebagian kaum mu’tazilah yang menolak berhujjah dengan hadits ahad dalam masalah aqidah dan menerimanya dalam masalah hukum, mereka tidak meyakini adanya adzab kubur dengan klaim haditsnya ahad, namun bila kita bertanya kepada mereka,” Apa hukumnya membaca ta’awwudz dari empat setelah tasyahud akhir : dari siksa api Neraka, dari siksa kubur, dari fitnah hidup dan mati dan dari fitnah dajjal dan hadits itu shahih diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim ?
Bila mereka menjawab “Tidak sunnah “, berarti mereka telah menggugurkan kaidah mereka sendiri bahwa hadits ahad boleh dijadikan hujjah dalam masalah hukum. Dan bila mereka menjawab,”Sunnah”. Kita berkata kepadanya,” Mungkinkah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari ‘adzab kubur sementara beliau tidak meyakini adanya adzab kubur ? Apa gunanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berlindung dari sesuatu yang beliau tidak meyakini keberadaannya ? itulah keajaiban dunia.. dan banyak lagi contoh-contoh lainnya.
Bersambung sanadnya.
Diantara sifat jalan kebenaran adalah bersambung sanadnya sampai kepada Rosulullah dan para shahabatnya sebagaimana yang dikatakan oleh imam Asy Syafi’I :
Ilmu adalah yang disebutkan padanya haddatsana
Selain itu adalah waswas setan belaka.
Maka setiap keyakinan, pemikiran, dan ibadah yang tidak bersambung sanadnya sampai kepada Rosulullah dan para sahabatnya maka ia bukan kebenaran, sebuah contoh adalah kaum Asy’ariyah yang meyakini bahwa Allah hanya memilki sifat 20 saja, sementara keyakinan ini sanadnya hanya sampai kepada Abul Hasan Al Asy’ari ketika beliau berada di fase kedua dalam perjalan hidupnya, dan beliau sendiri kemudian bertaubat di akhir hayatnya dan menetapkan semua keyakinan ahlussunnah dalam menetapkan sifat Allah sebagaimana yang beliau tuangkan dalam kitab Al Ibanah dan beliau nyatakan taubatnya dalam kitab maqolat islamiyyin.
Demikian pula perayaan maulid, isra mi’raj dan perayaan-perayaan lainnya yang tidak disyari’atkan sanadnya hanya bersambung kepada Banu ‘Ubaid Al Qoddah Al Fathimiyah kaum syi’ah yang ekstrim di abad keempat hijriyah, sementara di zaman imam yang empat belum muncul lebih-lebih di zaman shahabat, tabi’in dan tabi’uttabi’in.
Bahkan semua pemikiran yang ada di zaman ini hanya bersambung sampai kepada pendiri-pendirinya saja, pemikiran HTI hanya bersambung sampai kepada Taqiyudin An Nabhani yang wafat pada tahun 1977M. ikhwanul muslimin hanya bersambung kepada Hasan Al banna yang wafat pada tahun 1368H dan Sayyid Quthb yang semasa dengannya, Jama’ah Tabligh hanya bersambung kepada Muhamad Ilyas Al kandahlawi yang wafat pada tahun 1364H. dan sebelum pendiri-pendiri tersebut hidup belum dikenal pemikiran-pemikiran itu oleh para ulama lebih-lebih di zaman imam yang empat yang hidup 12 abad sebelumnya.
Berbeda dengan jalan kebenaran yang senantiasa bersambung sanadnya sampai kepada Rosulullah dan para shahabatnya. Oleh karena itu ahlul haq senantiasa serupa aqidah dan manhaj mereka disetiap zaman dan dimanapun mereka berada karena berasal dari satu cahaya.
Al Imam Abul Mudzoffar As Sam’aani (489H) berkata,” Diantara bukti yang menunjukkan bahwa ahlul hadits berada di atas kebenaran adalah bahwa jika engkau membaca semua kitab-kitab mereka dari awal sampai akhir dari dahulu maupun sekarang walaupun negeri dan masa mereka berbeda-beda serta tempat tinggal yang berjauhan, engkau dapati mereka di atas satu jalan dalam menjelaskan aqidah, mereka meniti di atas satu jalan dan tidak menyimpang ke kanan dan ke kiri, hati mereka bagaikan satu hati dan penukilan mereka tidak engkau lihat padanya perbedaan sedikitpun, bahkan jika engkau mengumpulkan apa yang mereka ucapkan dan apa yang mereka nukil dari para pendahulunya, engkau dapati seakan-akan mereka berasal dari satu hati dan satu lisan, maka adakah bukti yang menunjukkan kepada kebenaran yang lebih terang dari ini ?? Dan sebab ahli hadits bersepakat (diatas kebenaran) adalah karena mengambil agama langsung dari Al Qur’an dan sunnah dengan penukilan (yang bersambung), sehingga mewariskan kesepakatan dan persamaan.” (Mukhtasor showa’iq Al Mursalah 2/425).
Wasathiyah.
Wasathiyah artinya tengah-tengah tidak berlebihan dan tidak pula melecehkan, ia berada di atas jalan yang lurus jalan yang dititi oleh Rosulullah dan para shahabatnya, maka jalan kebenaran berada di tengah-tengah kebatilan sebagaimana islam berada ditengah-tengah antara yahudi yang melecehkan Nabi Isa bin Maryam dan menuduhnya sebagai anak hasil zina. Dan Nashrani yang mengagungkan Nabi Isa melebihi batasannya sebagai hamba Allah dan Rosulnya.
Dalam masalah taqdir, ia tengah-tengah diantara kaum qodariyah yang menolak adanya taqdir, dan kaum Jabariyah yang menghilangkan kemampuan hamba dan menganggap bahwa hamba tidak mempunyai kemampuan apa-apa sehingga menurutnya hamba tidak salah bila berbuat maksiat karena ia mengikuti taqdir. Keyakinan ini sama saja menghancurkan syari’at para Nabi dan menggugurkan segala macam hukuman dan sanksi.
Dalam masalah kafir dan mengkafirkan, ia tengah-tengah diantara kaum khowarij yang mengkafirkan pelaku dosa besar dan kaum murji’ah yang mengatakan bahwa dosa tidak mempengaruhi kesempurnaan iman. Seperti dalam masalah pemerintah yang berhukum dengan selain apa yang Allah turunkan, ia tengah-tengah diantara khowarij yang mengkafirkan mereka secara mutlak tanpa melihat keadaan pelakunya dan kaum murji’ah yang menganggap bahwa mereka sempurna imannya.
Dalam masalah hadits, ia tengah-tengah antara antara kaum mu’tazilah yang menolak hadits ahad dan kaum shufi yang berpegang kepada hadits-hadits palsu dan lemah, demikian juga dalam masalah ijtihad, ia tengah-tengah antara kaum mu’tazilah yang membuka ijtihad untuk siapa saja yang berakal walaupun tidak menguasai alat-alat untuk berijtihad, dan kaum shufi yang menutup pintu ijtihad rapat-rapat dan mewajibkan taqlid kepada murid-muridnya. Dan seterusnya.
Imamnya hanya Rosulullah.
Jalan kebenaran tidak mengagungkan sebuah perkataan yang harus diikuti selain firman Allah dan sabda Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, adapun selain Rosul maka harus dilihat dari sisi kesesuaiannya dengan Kitabullah dan sunnah Rosul-Nya, bila sesuai diterima dan jika tidak maka ditolak. Sehingga mereka tidak pernah berfanatik kecuali kepada Allah dan Rosul-Nya, bukan berfanatik kepada isme-isme tertentu tidak juga kepada organisasi atau kelompok tertentu. Tidak ada yang mereka banggakan kecuali kebenaran.
Berbeda dengan kebatilan, yang dibanggakan adalah apa yang ada pada kelompoknya tanpa melihat benar dan salahnya, sebagaimana firman Allah Ta’ala :
وَلاَ تَكُوْنُوْا مِنَ المُشْرِكِيْنَ مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَانُوْا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ
Dan janganlah kalian seperti orang-orang musyrikin. (yaitu) orang-orang yang memecah belah agama mereka sedangkan mereka berkelompok-kelompok setiap kelompok merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka “. (Ar-Rum : 31-32).
Dalam ayat ini Allah menyebutkan bahwa sebab utama terjadinya perselisihan adalah karena setiap kelompok berbangga dengan apa yang ada pada kelompoknya, bukan berbangga dengan kebenaran yang berasal dari Al Qur’an dan sunnah sesuai dengan pemahaman para shahabat Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Para ulama telah menegaskan masalah ini terutama imam Asy Syafi’I rahimahullah, beliau berkata,”Semua yang aku katakan sementara sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang shahih menyalahi pendapatku, maka hadits Nabi lebih berhak untuk diikuti, jangan kamu taqlid (membeo) kepadaku.” (Manaqib imam Syafi’I 1/473).
Beliau juga berkata,”Apabila kamu mendapatkan dalam kitabku yang menyelisihi sunnah Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maka berpendapatlah dengan sunnah Rosulullah shallalahu ‘alaihi wasallam dan tinggalkan apa yang aku katakan.” (Manaqib imam Syafi’I 1/472).
Dan telah mutawatir bahwa beliau berkata,”Apabila hadits telah shahih maka itulah madzhabku.”
Imam Malik berkata,” Setiap orang bisa diambil dan dibuang perkataannya kecuali Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Ibnu Hazm rahimahullah berkata :” Mereka (para ulama) menetapkan bahwa para fuqoha yang diikuti telah membatalkan taqlid buta (membeo dengan tanpa dalil), mereka melarang murid-muridnya untuk taqlid buta kepada mereka, yang paling keras adalah Asy Syafi’i, beliau sangat tegas menekankan untuk mengikuti atsar yang shahih dan mengambil apa yang ditunjukkan oleh hujjah. Beliau berlepas diri untuk ditaqlidi bahkan mengumumkannya dengan terang-terangan. Semoga Allah memberi manfaat dengannya dan membesarkan pahalanya, karena beliau adalah sebab menuju kepada kebaikan yang banyak “. (Al Ihkam fii Ushulil ahkam 6/118).
Sehingga wala’ dan baro’ mereka hanya di atas agama bukan diatas kepentingan pribadi, tidak pula kepentingan kelompok, organisasi, partai atau madzhab tertentu.
Manhaj wahyu bukan ro’yu.
Diantara sifat jalan kebenaran adalah bahwa ia manhaj wahyu bukan ro’yu dalam seluruh urusan agamanya, ia hanya taslim (menyerahkan diri) kepada wahyu dan tidak membuat-buat sendiri atau menentangnya dengan akal.
Adapun ro’yu adalah pendapat-pendapat manusia, ia terbagi menjadi tiga yaitu ro’yu yang shahih dan ro’yu yang batil dan ro’yu yang masih samar. Ulama salaf terdahulu mengamalkan ro’yu yang shahih dan berfatwa dengannya sebagaimana mereka mencela ro’yu yang batil dan melarang mengamalkan dan berfatwa dengannya. Adapun ro’yu yang ketiga mereka memperbolehkan mengamalkan atau berfatwa dengannya ketika darurat namun mereka tidak memaksa seorangpun untuk mengamalkannya tidak juga mengharamkan untuk menyelisihinya, tidak menganggap orang yang menyelisihinya sebagai penyelisihan terhadap agama dan mereka memberi pilihan antara diterima atai di tolak.
Macam-macam ro’yu yang terpuji.
Ibnu Qayyim rahimahullah membagi ro’yu yang terpuji menjadi empat macam :
Pertama : Ro’yu para shahabat Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam generasi yang paling faqih, paling baik hatinya, paling dalam ilmunya, paling lurus maksudnya, paling sempurna fitrahnya, paling bening pemikirannya, mereka menyaksikan diturunkannya wahyu, sangat memahami tafsirnya, sangat memahami maqosid (keinginan/maksud) Rosulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keutamaan ro’yu mereka dibandingkan dengan ro’yu generasi setelah mereka adalah seperti keutamaan mereka dibandingkan generasi setelahnya.
Bagaimana akan sama ro’yu mereka dengan generasi setelahnya, sementara diantara mereka ada yang berpendapat dengan suatu pendapat lalu Al Qur’an turun membenarkan pendapat tersebut eperti pendapat Umar, Sa’ad bin u’adz, ibnu Mas’ud dan para shahabat lainnya semoga Allah meridlai mereka semua.
Karena ro’yu mereka berasal dari hati yang dipenuhi dengan cahaya iman dan hikmah, dipenuhi ilmu, ma’rifah dan pemahaman tentang Allah dan Rosul-Nya sebagai nasehat untuk umat ini, mereka menukil ilmu dan iman dari lampu kenabian dalam keadaan masih baru masih bersih dari problem, bersih dari dari perselisihan dan penentangan, maka mengqiyaskan ro’yu mereka dengan ro’yu selain mereka adalah qiyas yang sangat rusak.
Kedua : Ro’yu yang menafsirkan nash, menjelaskan keindahannya, dan mempermudah istimbath darinya sebagaimana yang dikatakan oleh Abdan,” Aku mendengar Abdullah bin Mubarak berkata,” Hendaklah yang menjadi sandaranmu adalah atsar dan ambillah untukmu ro’yu yang menafsirkan hadits.”
Contohnya adalah pendapat shahabat mengenai ‘aul dalam ilmu warits apabila bertumpuk beberapa ahli fardlu, masalah ghorrowain yaitu ibu, bapak dan salah satu suami istri, dimana ibu mendapatkan sepertiga yang tersisa setelah bagian suami istri dan lain-lain yang merupakan ro’yu yang bersandarkan kepada istidlal (pemahaman dalil) dan istimbath dari nash atau nash lain bersamanya.
Ketiga : Ro’yu yang menjadi kesepakatan umat dan diterima dari generasi ke generasi karena kesepakatan mereka pastilah benar, sebagaimana dalam sebuah hadits ketika para shahabat bermimpi lailatul qodar akan terjadi pada tujuh hari terakhir bulan Ramadlan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَرَى رُأْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّ فِي السَّبْعِ الأَوَاخِرِ.
“Aku melihat mimpi kamutelah bersepakat di tujuh hari terakhir, maka siapa yang ingin mencarinya hendaklah ia bersungguh-sungguh mencarinya di tujuh hari terakhir.” (HR Bukhari dan Muslim).
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjadikan kesepakatan mimpi kaum mukminin sebagai hujah karena umat islam adalah ma’shum (tidak akan salah) dalam kesepakatan mereka dalam riwayat, mimpi, dan pendapat.
Keempat : Ro’yu yang terjadi setelah mencari ilmu kejadian tersebut dalam Al Qur’an, jika ia tidak mendapatkannya dalam Al Qur’an maka ia mencarinya dalam assunnah, jika ia tidak mendapatkannya dalam assunnah maka ia mencarinya dalam apa yang diputuskan oleh khulafa Rasyidin, jika tidk ada maka ia mencari pendapat seorang shahabat.
Macam-macam ro’yu yang batil.
Adapun ro’yu yang batil maka dibagi oleh ibnu Qayyim menjadi lima :
Pertama : Ro’yu yang menyelisihi nash, dan ro’yu seperti ini sudah pasti batil dan rusak tidak halal untuk berfatwa dengannya walaupun sebagian orang ada yang jatuh kepadanya karena adanya syubhat atau taqlid.
Kedua : ro’yu yang berasal dari berbicara dalam agama hanya dengan dugaan dan rekaan disertai sikap tafrith (meremehkan) dalam mengetahui nash, memahaminya dan mengambil hukum darinya.
Karena orang yang bodoh terhadap nash lalu ia mengqiyaskan dengan ro’yunya dengan tanpa ilmu hanya semata-mata adanya persamaan antara dua perkara lalu ia menganggapnya sama dalam hukum, atau semata-mata adanya perbedaan antara dua perkara lalu ia menganggapnya berbeda tanpa melihat kepada nash-nash dan atsar maka orang tersebut telah jatuh ke dalam ro’yu yang tercela dan ia telah sesat dan menyesatkan.
Ketiga : Ro’yu yang mengandung pengingkaran terhadap nama-nama Allah, sifat dan perbuatan-Nya dengan analogi-analogi yang batil yang diletakkan oleh ahli bid’ah seperti firqah Jahmiyah, mu’tazilah, qodariyah dan yang sejenisnya.
Mereka menggunakan analogi yang rusak, pendapat yang batil dan syubhat yang lemah untuk menolak nash-nash yang shahih lagi gamblang, mereka menolak lafadz-lafadz nash dengan cara menganggap dusta atau salah para perawinya, dan menolak makna-makna nash dengan menta’wil dan merubah-rubah makna tersebut.
Seperti orang yang mengingkari bersemayamnya Allah di atas ‘Arasy, mengingkari terlihat Allah oleh kaum mukminin pada hari kiamat, dan lain sebagainya.
Keempat : ro’yu yang mengakibatkan munculnya bid’ah dan dirubahnya sunnah.
Empat ro’yu ini adalah ro’yu yang rusak dan tercela dengan kesepakatan para ulama.
Kelima : yang disebutkan oleh Abu umar bin Abdil Barr dari jumhur ahli ilmu yaitu berpendapat dalam hukum-hukum syari’at dengan sebatas istihsan (menganggap baik) dan sangkaan, menyibukkan diri dengan masalah-masalah yang sulit dan pelik, mengembalikkan cabang dan kejadian kontemporer dengan cabang lainnya bukan kepada pokok tidak pula melihat illatnya, dan mempergunakan ro’yu untuk membicarakan permasalahan yang belum terjadi.
Karena menyibukkan diri dengan masalah-masalah seperti itu akan menyia-nyiakan sunnah dan mendorong untuk bodoh terhadapnya, bahkan tidak mau mengetahui sesuatu yang harus diketahui dari sunnah dan memalingkan diri untuk memahami makna-makna kitabullah.
Lihat kitab zajrul mutahawin.
Tafsir ibnu Katsir 3/50 tahqiq Hani Al Haj.
Taisir Karimirrahman hal 188.
Memperlihatkan kepada lawan seakan-akan ia sepakat dengannya padahal tidak. Dan ini adalah hakikat kemunafiqan.
Haddatsana adalah kalimat yang dipergunakan oleh ahli hadits untuk menyampaikan hadits yang menunjukkan sanadnya bersambung.
Saudara kami al akh ibnu Usaini telah menulis buku yang sangat bagus dalam masalah ini yang berjudul “Benarkah Sholahuddin Al Ayyubi yang pertama kali mereyakan maulid Nabi” silahkan pembaca rujuk kesana.
Lihat kitab Al Intishar bisyarhi aqidah aimatil anshar karya Syaikh Muhamad Musa Alu Nashr hal 31.
Bisa di rujuk buku “Keindahan islam dan perusaknya”. Karya penulis sendiri.
Lihat manhaj imam Syafi’I fi itsbatil ‘aqidah 1/126.
I’lamul muwaqqi’in 1/125 tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman.
Istimbath adalah ungkapan tentang tata cara memahami dan mengambil hokum dari suatu nash, dan istimbath dilakukan setelah mengumpulkan semua nash dan menggabungkannya disertai penggunaan kaidah-kaidah agama yang diterima oleh para ulama.
Bukhari no 2015 dan Muslim no 1165.
Ibnu Qayyim, I’lamul muwaqqi’in 1/149-156 tahqiq Syaikh Masyhur Hasan Salman dengan ringkas.
Ibnu Qayyim, I’lamul muwaqqi’in 1/125-128 dengan sedikit perubahan redaksi.
(Sumber: Ust. Abu Yahya Badrusalam)